Tiap hari, aku harus bersentuhan dengan nuraniku sendiri, laku batin tiada henti mengasah rasa yang terkikis kecemasan Tiap hari, aku harus merangkaki dinding kesunyian hati,

Aku kini matahari yang menggaris bumi, tertatih-tatih menaiki tangga langit seiring hari-hari menempuh kerinduan abadi Bangkit dini hari mengejar sang fajar terkupasnya senyum pagi sisa

Bersamamu menyusuri sebuah kota Tua, betapa kita merasa semakin tua saja Sepanjang jalan adalah usia yang berlepasan Dari detik demi detik mengalir tiada henti Satu

Inikah akhir perjalananmu yang paling pilu menempuh kesibukan seharian penuh, namun sepatumu terantuk di batu-batu, betapa dirimu ingin terus melangkah maju Inikah akhir perjalananmu yang

Telah terbit matahari di hatiku Hingga terang-benderanglah semesta alam Hangatkan kebahagiaan Tampak kaki anakku menjejak-jejak ke atas Seperti dapat menemukan jalan pintas Menuju dunia yang