Penciptaan Akal dan Hawa Nafsu dalam hadist

Posted on
Bangfad.com
Bangfad.com

Allhamdulilah, Hingga Ramadhan ke 21 ini aku masih diberikan nafas, diberikan kesehatan walau sempat drop selama sehari akhirnya aku bisa mengatasi demamku dengan bergadang hingga jam 5an huh lega rasanya semalaman online chat ma tetangga nayma, ngebahas masalah konversi, sampai sampai saling curhat-curhatan. wih seneng banget rasanya setelah sekian lama mayun sendirian kalok lagi insoman.

Pengen cerita dikit tentang hasil diskusi yang panjang antara perbedaan Kehendak Nafsu vs Kehendak Hati. Aku menyimpulkan bahwa kedua kehendak itu adalah hal yang penting, kenapa? yah karena saking pentingnya nafsu bagi manusia, sampai-sampai manusia di anjurkan untuk menjaga nafsu biar selaras dan sejalan dengan keinginan hati. Demikian juga dengan hati, ia juga menjadi hal yang teramat penting karena dengan hati dapat membuat manusia hidup dengan senyum karena sebuah senyman lahirnya dari hati yang tersentuh melalui pandangan.

Namun sedikit pertanyaan dibenak yang hingga sekarang belum aku temukan jawabannya, gini pertanyaannya… saat kita menginginkan orang lain hadir dalam hidup kita apakah itu yang disebut dengan nafsu atau permintaan dari hati? banyak orang yang mengatakan bahwa itu adalah hati namun faktanya itu hanya sebuah nafsu, sebuah keinginan, sebuah harapan, sebuah asa yang termasuk kedalam nafsu, sedangkan untuk penilaian, untuk sebuah pertimbangan dengan tujuan yang baik adalah permintaan dari hati. (kira-kira begitu)

Dan sekarang apa yang menjadi prioritas utama untuk sebuah pilihan? Nafsu atau Hati? tentu kita tak ingin memilih sebuah pilihan yang dapat membawa kite kedalam padang yang tandus, melainkan sebuah penilaian yang akan membawa kita terlempar di rerumputan hijau yang penuh dengan bunga-bunga yang mekar, dan tetaplah menilai dengan Hati namun hati tidak dapat bekerja sendirian karena itu Hati membutuhkan nafsu untuk menjadi tolak ukur. contoh: Seorang akan tau dirinya pintar karena ia berteman sama yang bodoh, seseorang yang tau dirinya cantik karena berteman dengan seorang yang jelek.

Jadi untuk sebuah masalah “pernikahan” pilihan adalah sebuah hal yang sulit, jadi Nafsu dan Hati saat itu dibuat oleh pikiran kita sehingga tak menentu, dan jalan yang terbaik untuk sebuah pilihan adalah Allah, Sebaik-baiknya Dzat adalah Dia so jangan pikir panjang untuk yang satu ini, serahkan ke Dia dengan tetap berpegang dengan syariat yang telah di hadiahkan untuk kita.

Manusia diberikan Akal dan Nafsu

Diambil dari website bincangsyariah.com yang ditulis oleh La Aa Li Maknunah menyebutkan bahwa manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang dibekali akal untuk berpikir, mata untuk melihat, telinga untuk mendengar, dan semua anggota badan lainnya. Jika dalam hati seseorang telah terbesit sebuah keinginan untuk mengerjakan sesuatu walaupun pada jalan yang salah, maka secara otomatis akal lah nantinya yang akan membuat rancangan, bagaimana rencana ini bisa terlaksana.

Dalam sebuah hadis diriwayatkan;

أَوَّلُ مَا خَلَقَ اللَّهُ الْعَقْلُ فَقَالَ لَهُ : أَقْبِلْ فَأَقْبَلَ . ثُمَّ قَالَ لَهُ : أَدْبِرْ فَأَدْبَرَ . فَقَالَ : وَعِزَّتِي مَا خَلَقْت خَلْقًا أَكْرَمَ عَلَيَّ مِنْك فَبِك آخُذُ وَبِك أُعْطِي (رواه الأصبهاني)

“Makhluk pertama yang diciptakan Allah adalah akal. Allah selanjutnya berkata kepada akal, Mendekatlah! Dan akalpun mendekat. Selanjutnya Allah berkata, kembalilah dan akalpun kembali. Akhirnya Allah berkata, Demi kekuasaan dan kemuliaan-Ku, aku tidak menciptakan satu ciptaan pun yang lebih aku cintai daripada engkau. Dengan engkaulah Aku mengambil, dan dengan engkaulah Aku memberi.” (HR Al-Ashbihany)

Hadis ini menunjukkan hubungan antara akal dengan hukum-hukum ilahi atau syariat. Hubungan keduanya serupa dengan jiwa dan tubuh serta saling ketergantungan antar keduanya. Kemudian yang perlu disadari bahwa semua kehidupan manusia pada dasarnya adalah sebuah kegiatan yang didasarkan pada akal dan pemahaman.

Di dalam ukuran-ukuran ini kesadaran manusia terwujud. Manusia harus menyadari bahwa sebagai makhluk yang berbicara dan berpikir ia memiliki dua kekuatan, ilmu pengetahuan dan perbuatan. Setiap kekuatan ini memiliki taraf-taraf kesempurnaan dan ketidaksempurnaannya masing-masing.

Akal dan Ilmu Pengetahuan

Taraf yang paling sempurna adalah apa yang disebut sebagai akal yang mampu mempersepsi sesuatu dan akal ini berkenaan dengan pencapaian ilmu pengetahuan yang mungkin dipelajari. Akal ini juga berkenaan dengan ilmu pengetahuan tentang jalan yang benar, jalan yang mengantarkan manusia untuk mencapai ilmu-ilmu ini tanpa sedikitpun keraguan atau kebingungan sehubungan dengan kepastiannya dan ketidakpastiannya, terhindar dari kekeliruan dan kesesatan nalar.

Di samping diciptakannya akal dalam diri manusia, Tuhan juga menciptakan apa yang disebut dengan dengan nafsu. Yaitu kecondongan jiwa kepada perkara-perkara yang selaras dengan kehendaknya. Allah menciptakan malaikat dengan menyertakan akal tanpa hawa nafsu. Dan menciptakan binatang dengan menyertakan hawa nafsu tanpa akal.

Sedangkan Allah menciptakan manusia dengan menyertakan akal dan hawa nafsu sekaligus. Maka barang siapa yang ilmunya (akal) menguasai hawa nafsu maka dia lebih baik dari malaikat dan barang siapa yang hawa nafsunya mengalahkan ilmunya maka dia lebih buruk dari binatang.

Allah swt berfirman;

وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنِ اتَّبَعَ هَوَاهُ بِغَيْرِ هُدًى مِنَ اللَّهِ

“Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapatkan petunjuk dari Allah sedikitpun.” (Al-Qashash: 50)

Jika malaikat senantiasa taat itu karena mereka diciptakan tanpa disertai hawa nafsu yang menentangnya, tetapi manusia yang dititahkan disertai hawa nafsu lalu dia mampu menundukkan nafsu dengan ilmunya maka dia manusia istimewa. Demikian pula halnya,  menjadi kewajaran jika binatang hanya makan dan menuruti syahwatnya karena memang mereka diciptakan tanpa diberi akal. Wallahu A’lam Bi as-Showab.

2 comments

  1. Tidak mungkin Allah menciptakan sesuatu jika tanpa manfaat, termasuk Nafsu. Sesungguhnya nafsu yg diberikan oleh Allah SWT adalah anugerah. Yang terpenting bagi kita adalah mengendalikannya, agar tidak diperbudak oleh nafsu kita. Jihad yang paling besar pada seorang muslim adalah jihad dalam memerangi hawa nafsunya.Selamat Hari Raya Iedul FitriMohon Maaf Lahir dan Bathin:)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.