Bidadari Malam, by Anggareni.com
Malam biarkan sunyi, malam biarkan dingin
Dengan nya terintip seraut wajah yang tak jelas
Tabir-tabir itu bernyanyi dan bergoya bak disapu angin
Harum aroma menghayunkan getar disela sela bulu hidungku
Malam biarkan sunyi, malam biarkan pergi
Mata bulan rambut lurus panjang
Bidadari Malam mengepakkan sayapnya
Patah dan tak akan tinggalkan malam
Berbalut kapur dan mengawang-awang
biarkan sepi malam nan dingin
malam bagai bidadari malam.
aku adalah seorang wartawan yg pernah belajar di LPDS, Jakarta. Aku kadang suka menulis puisi, namun kadang aku ragu atau lebih tepatnya malu untuk mempublikasikan puisi-puisiku di media. Nama asliku adalah Avan Pedro dan email yg aku gunakan adalah nama kakekku. Disini aku ingin menulis sebuah puisi ttg keadaan Timor leste sesungguhnya terutama pada saat ini dibawah kepemimpinan Xanana yg para menterinya kaumk koruptor. Mata elang adlh judul puisiku. Mohon dinilai!!!
Aku Adalah Mata Elang
Kata orang ini negeri kaya
dipagari cendana
dialiri minyak
dan diteduhkan kopi
tapi,…ke mana pergi dana cendana
minyak,……siapa yang enak dan nyenyak
banyak kopi
tapi pribumi tetap saja koki di restoran-restoran alien
Negeri ini penuh dengan lintah darat
mulut mereka tiada pernah penuh
sebelum terisi dengan tanah
hukum tak lebih dari sebilah pisau
tajam ke bawah tumpul ke atas
tapi aku adalah mata elang
yang kan menandai punggungmu dari atas langit biru
wahai lintah darat
Dan berikut sebuah pantun dari saya “Avan” Pedro from Timor Leste. tolong dinilai ala kadarnya sebagai orang Timor Leste yg tentunya tdk fasih BINAR
Burung pipit di atas loteng
merajut sarang dari ilalang
dasar kita berhati brankas
menyulap istana dari keringat sesama
Puisi ini ku dedikasikan untuk seorang penyair Timor Leste yg dibunuh pada awal infasi rezim ORBA. Ia dibunuh di dermaga Dili pada suatu pagi tgl 07 Desember 1975 ketika militar Indonesia menginfasi TL dalam sebuah operasi militar dibawah komando L.B Moerdeani “Operasi Seroja”. Lagu kebangsaan TL yg berjudul PATRIA adalah hasilo karya dia (Francisco “Borja” da Costa). itulah nama sang penyair yg telah tiada. Inilah pemujaanku utknya.
BORJA
Pada mata penamu
terucap tangis penat derita
lepaskan busur dalam sajak-sajak berbisa
jinakan lawan sadarkan kawan
secarik kertas lenyap terbakar
raga lebur menyatu tanah
namun abadi dalam tangis mengenang
saat tersadar dalam memaknai
semua kata-kata tertuang
please give your comment interms of our poem. Because im not the Indonesia Citizen but im try to do somthing better like you.