Wisata Keluarga: Museum Lukisan Sidik Jari – Ketika mendengar kata “Museum” spontanitas pikiran seseorang akan membayangkan benda kuno, entah itu peninggalan prasejarah atau barang-barang milik kerajaan pada masa lalu. Namun apa yang anda bayangkan bila mendengar Museum Sidik Jari?. Berikul laporan yang diambil dari JurnalBali.com
Museum Lukisan Sidik Jari Ngurah Gede Pemecutan merupakan salah satu dari sejumlah museum yang ada di Bali. Akan tetapi dari segi jenis, museum ini tidak sama dengan sederet museum-museum yang ada. Serupa tapi tak sama, itu barang kali kata yang pas untuk menyatakan kesamaan dan perbedaan museum khusus ini dengan museum milih pemerintah atau museum khusus lainnya..
Sesuai dengan nama, tentunya dalam museum ini berhubungan dengan lukisan dan sidik jari. Ngurah Gede Pemecutan adalah pimilik museum sekaligus pelukis yang menyajikan ratusan karya dengan sidik jarinya.
“Sejak SMA saya memang berkeinginan memiliki museum sendiri. Itulah motivasi saya untuk terus berkarya,” ungkap pria kelahiran 1936 ini, 14 Juli kemarin.
Kalimat sederhana tersebut merupakan sugesti keberhasilan bagi dirinya. Dengan keinginan kuat diimbangi dengan kerja keras, Ngurah Gede Pemecutan berhasil mewujudkan mimpi dan hayalan menjadi sebuah kenyataan. Kata dia, perjalanannya memang tidak semudah orang membayangkan. Sempat bercita-cita menjadi seorang dokter namun tidak terwujud karena penyakit yang dideritanya.
Kondisi ini tidak kemudian menyurutkan semangat untuk menjadi lebih baik. Dengan bekal daya seni khususnya seni lukis yang lumayan bagus pada waktu itu, dia berjanji pada diri sendiri harus bisa menjadi orang yang berhasil. Yaitu dengan kemampuan yang dia bisa dan dia gemari. Belajar melukis untuk masa depan.
Wisata Keluarga: Museum Lukisan Sidik Jari
Hingga pada suatu saat dia menemukan jati diri sebagai pelukis, dengan hasil karya lukisan sidik jari. Berawal dari ketidak sengajaan lukisan sidik jari ini muncul. Tepatnya pada tanggal 9 April 1967, pada waktu itu sedang membuat lukisan “Tari Baris” sebagai karyanya yang ke-110 (nomor penyelesaian lukisan yang selalu ditulis di salah satu sudut lukisannya). Tidak seperti biasanya, lukisan yang dibuatnya dirasa tidak sempurna alias gagal.
Setelah dianggap lukisan gagal maka lukisan itu tidak serius dikerjakan hanya di poles dan di sentuh dengan ujung jari yang penuh dengan warna. Setelah sentuhan dan polesan ujung jari selesai dikerjakan ternyata terlihat lebih bagus karena seperti ada efek lain yang dihasilkan oleh ujung-ujung jari. Sejak saat itulah inspirasi untuk terus mengembangkan lukisan sidik jari berawal. Kemudian muncul ungkapan “Lukisan Sidik Jari : Kegagalan yang Berhasil”. Hingga kini lukisan sidik jari karya Ngurah Gede Pemecutan sudah mencapai 640-an.
Pada tahun 1993 impian memiliki museum telah terwujud karena pada tahun tersebut museum telah berdiri kemudian dibuka untuk umum pada tahun 1995. Tentunya ini menjadi sesuatu yang sangat luar biasa bagi hidupnya karena peresmian museum dibuat tepat pada hari kelahirannya, 4 Juli. Kado terindah yang diterima oleh Ngurah Gede Pemecutan yang diberikan oleh dirinya sendiri pada saat ulang tahunnya yang ke 60 tahun.
Kemudian museum ini dijadikan tempat penyimpanan karya-karya pribadi Ngurah Gede Pemecutan dengan lebih menonjolkan karya lukisan sidik jari walaupun didalamnya ada lukisan yang belum menggunakan teknik ini, seperti karyanya ketika masih duduk di bangku SMP dan SMA. Termasuk kerajinan yang dia buat pada saat mengabdi di Kanwil Departemen Perindustrian Bali serta beberapa karya seni sastra.
Lebih jauh pemilik nama lengkap I Gusti Ngurah Gede Pemecutan ini menginginkan museum tersebut menjadi museum keluarga. Bukan berarti museum tersebut hanya menjadi milik keluarganya yang akan turun temurun hingga waktu kedepan. Namun menurut dia museum keluarga berarti bisa dinikmati oleh seluruh keluarga yang mengunjungi museum tersebut. Misalnya, ketika ada rombongan keluarga yang berkunjung seperti bapak, ibu dan anak serta kakek atau nenek, semuanya bisa menemukan sesuatu yang mereka senangi masing-masing.
Makanya disana tersedia berbagai macam koleksi, seperti lukisan yang digemari para bapak, tanaman bunga hias yang cenderung digemari para ibu, berbagai macam puisi yang ditulis diatas batu dan lukisan yang diminati para anak-anak usia remaja juga puluhan aquarium berukuran kecil dan sedang dengan jenis ikan berbeda-beda yang nentunya menarik perhatian anak-anak kecil. Hal ini memang sengaja disuguhkan oleh Ngurah Gede Pemecutan demi memberi kepuasan bagi pengunjung.
Tidak hanya itu, di tempat ini juga ada kursus melukis, tari dan tabuh dengan tenaga pengajar yang professional. Termasuk sebuah wantilan yang bisa dipakai untuk menggelar pameran ataupun event-event seni dan budaya.
Secara sederhana Ngurah Gede menyatakan tujuan dari museum ini sebagai tempat pendidikan atau belajar selain sebagai tujuan wisata.