CERITA CINTA DI GARIS WAKTU
Identitas
Judul : Garis Waktu
Penulis : Fiersa Besari
Penerbit : Mediakita
Tahun : 2016
Tebal Buku : 211 Halaman
Bahasa : Indonesia
Sampul : Putih
ISBN : 978-979-794-525-1
Perkiraan Harga : Rp. 58.000,- (Harga P. Jawa)
Orientasi
Buku ini ditulis oleh Fiersa Besari lelaki asal Bandung yang lahir pada tanggal 3 Maret, penulis merupakan lulusan Sastra Inggirs yang pernah membuat sebuah album musik Independen berjudul 11:11 pada tahun 2012 yang disusul dengan album musik “Tempat aku Pulang” pada tahun 2013 dan Album independen 11:11 juga menjadi judul Novel penulis pada tahun 2018 dan menjadi Albuk (Album Buku) yang kedua setelah “Konspirasi Alam Semesta”.
Buku ini menceritakan tentang perjalanan sepasang kekasih yang terhenti karena tidak ada yang abadi, perpisahan terjadi bukan karena kesalahan cinta melainkan keberadaan cinta itu disaat yang tidak tepat.
Buku ini sangat cocok dibaca oleh kalangan remaja dan kalangan muda untuk menginspirasi atau belajar menyelami hidup dari sisi yang berbeda.
Tafsiran
Ketika membuka tahun pertama pengganti tulisan bab kita disuguhan dengan masa-masa pekerkenalan dengan tumbuhnya semi-semi cinta, logika tidak berada pada tempat semestinya karena cinta menentang sebuah logika sama seperti hati yang tak tunduk pada logika.
Garis Waktu ini menceritakan tentang seorang laki-laki yang diam-diam mencintai seorang wanita cantik yang tidak berani untuk mengungkapkannya, hari demi hari ia pendam perasaan itu untuk wanita yang dicintainya, hingga pada suatu momen dimana lelaki itu menyatakan perasaannya dan berkomitmen antra sepasang kekasih dan ini merupakan momen paling bahagia seumur hidup lelaki itu, walau akhirnya wanita tersebut meninggalkannya untuk mencintai lelaki lain.
Evaluasi
Note-note kecil pada buku ini memberikan harmonisasi pada perjalanan cinta dalam sebuah cerita seperti “Jarak hanyalah satu titik kecil tak berarti. Rindu adalah satu koma yang takkan menghentikan kalimat tentang kau dan aku” (Hal 111) atau “Menangis tidak membuktikan kau lemah, itu mengindikasikan kau hidup. Apa yang kau lakukan setelah menangis-lah penentu lemah atau tidaknya dirimu” (hal 149).
Catatan semacam ini memberi penguatan pada alur cerita dan meningkatkan emosional pembaca untuk lebih mendalami karakter yang ada dicerita ini.
Rangkuman
Konsep dan Sampul sangat sederhana dengan warna dasar putih dan tulisan hitam yang membuat pembaca terasa memasuki area masa lalu yang klasik dengan tagline “Sebuah Perjalanan Menghapus Luka” yang membawa imajenasi pembaca merangkum isi dari buku ini.
Sosok abstrak yang memaksa pembaca harus lebih teliti dalam membaca kalimat demi kalimat untuk menentukan tokoh yang diceritakan pada buku ini membuat sisi positif keterampilan penulis dalam mengeksplorasi pikiran penulis untuk lebih jeli dalam membaca.
Catatan-catatan sebagai “Quote” dalam buku ini dapat memperkaya tatanan kalimat sastra untuk mencintai buku-buku nusantara dengan jumlah halaman 211 menggunakan kertas buram berkualitas untuk menjaga mata agar tetap nyaman dan tidak lelah saat membacanya.